Sempat Kesulitan Bahasa Inggris dalam Matematika Analisa
Lagi-lagi siswa dari Jember mampu menorehkan prestasi di ajang internasional. Dia adalah Adiba Nur Ashri Ramadhani, siswa kelas 6 SD Al Irsyad Al Islamiyah. Dia baru saja mengikuti karantina selama 1 minggu di Jakarta guna menghadapi Olimpiade tingkat internasional (IMSO) bidang matematika tingkat SD.
Nur Fitriana, Jember
—
“Assalamualaikum,” ujar gadis hitam manis itu menyapa. Gadis yang kerap disapa Adiba ini seraya meraih tangan sang guru kemudian menciumnya takzim. Hari itu, Adiba mengira akan ada bimbingan belajar untuk persiapan olimpiade matematika tingkat internasional. Namun, sang guru mengatakan, hari itu dia libur.
Adiba adalah salah satu siswa kelas 6 SD Al Irsyad Al Islamiyah yang berhasil meraih prestasi sebagai wakil Jember dan Indonesia di ajang IMSO bidang Matematika.
Adiba tak sendiri dari Jember. Ia bersama dengan Ardhy Ihza Mahendra, siswa kelas 6 SDN Jember Lor I yang mewakili Jember dan Indonesia dalam bidang SAINS.
Menjadi wakil Jember untuk mengikuti kompetisi matematika tingkat Internasional, tentu tak dirasa mudah bagi Adiba. Gadis manis kelahiran Jember 12 tahun lalu ini, harus belajar menguasai bahasa Inggris untuk matematika, selain juga harus otak-atik angka untuk melakukan penghitungan.
Anak ketiga dari 7 bersaudara ini kadang merasa kesulitan untuk mengerjakan soal-soal matematika analisa yang menggunakan bahasa Inggris pada soal-soal olimpiade tingkat nasional pun internasional.
Meski pernah menjadi juara I dalam lomba bahasa Inggris SD yang diadakan oleh Robota Robotics School, Adiba mengaku bahasa Inggris yang digunakan dalam matematika tidak sama dengan bahasa Inggris terapan.
“Kalau bahasa Inggris terapan untuk spell dan speaking, aku masih bisa. Tapi kalau sudah masuk ke ranah bahasa Inggris matematika analisis, terkadang aku suka bingung. Sebab, ada banyak istilah baru,” tuturnya lembut.
Baginya, matematika bukanlah hal yang baru. Kedua kakaknya, telah mengukir prestasi terlebih dulu dibandingkan dengan dirinya. Berkutat dengan angka sudah dirasakannya sejak berada dalam kandungan. Bagaimana tidak? Ibu dan Ayahnya adalah orang-orang yang serius menangani pelajaran yang sempat disebut dengan aljabar tersebut sejak mereka masih muda.
Alhasil, Adiba pun tak luput dari bakat untuk mempelajari matematika dengan mudah. Dorongan dari sang kakak pun menjadi satu alasa utama bagi Adiba untuk ikut mengukir prestasi dalam bidang yang sama, matematika.
Belajar bagi gadis yang pernah menjadi juara I dalam seleksi olimpiade matematika tingkat nasional ini adalah satu keharusan, sekaligus kegiatan dalam mengisi waktu luang.
Di rumahnya yang terletak di Jalan Gunung Batu, Adiba bersama ketiga adiknya yang masih kecil jarang bermain keluar rumah. Selain memang tak begitu suka bermain di luar rumah, ia juga tak punya teman sebaya untuk bermain.
Televisi yang ada di rumahnya pun dibiarkan mangkrak begitu saja di gudang oleh kedua orang tuanya. “Di rumah, kami memang tidak dibiasakan untuk menonton TV. Jadi ketika TV kami rusak, bapak membiarkannya. Kami lebih sering melihat discovery channel dari layar komputer,” ujarnya polos.
Bagi gadis peraih juara I kompetisi Matematika nalaria realistic tingkat SD dan MI se Jawa Timur ini, belajar matematika adalah cara yang tepat untuk mengisi waktu luang ketika berada di rumah.
Namun, jika sedang didera kebosanan, Adiba pun pergi mengambil sebuah buku cerita yang terletak di perpustakaan kecil yang juga terletak di dalam rumahnya untuk dibaca. Kebetulan, kedua orang tuanya suka sekali membeli beragam buku pengetahuan sekaligus buku cerita untuk putra-putrinya.
Di SD Al Irsyad Al Islamiyah sendiri, Adiba dibimbing oleh sang ibu. Sebab, ibunya kebetulan adalah guru kursus khusus untuk olimpiade matematika yang mengajar di SD Al Irsyad Al Islamiyah. Tak pelak, Adiba tak perlu untuk kerepotan beradaptasi dengan guru yang sekaligus berperan menjadi ibunya jika di rumah.
“Kami memang melakukan seleksi awal bagi siswa yang berprestasi dalam bidang matematika,” ujar Diyana Holidah, kepala SD Al Irsyad Al Islamiyah.
Diyana mengaku memberikan kebebasan bagi siswa-siswinya untuk mengukir prestasi seluas-luasnya. Asal siswa-siswinya senang dalam melakukan, ia pun memberikan fasilitas untuk mengukir prestasi. “Adiba memang selalu ranking tiga besar di sekolah. Saya harap ada ‘Ádiba-Adiba’ berikutnya di Al Irsyad. Sebab, Adiba sudah kelas 6 sekarang,” katanya. (*)
Sumber: Radar Jember 28 Agustus 2010
subhanalloh, smoga ke depan makin berprestasi..