Radar Jember
Termotivasi Prestasi Kakak, Senang Baca Serial Komik
Banyak prestasi yang telah diraih Adzka Muhammad Mumtaz mulai prestasi olimpiade tingkat kabupaten maupun nasional. Keinginan lelaki yang kini duduk di bangku kelas VIII SMP untuk menekuni bidang sains dan matematika ini, sudah terlihat semenjak duduk di bangku SD.
Nur Fitriana, Jember
—
Bagi pelajar yang suka otak-atik angka, pelajaran Matematika tak lagi menjadi momok. Justru, pelajaran yang menjadi ilmu pasti ini, cenderung disukai karena dinilai mengasyikkan.
Ini pula yang dirasakan Adzka Muhammad Mumtaz. Lelaki belia yang kerap disapa Adzka ini mulai menyukai matematika sejak kecil. Maklumlah, sang ibu adalah pembimbing khusus olimpiade matematika yang berusaha mengajari ilmu matematika hingga mahir. Baik matematika terapan maupun matematika analisis.
Anak kedua dari tujuh bersaudara ini memang sudah menyukai sains (ilmu pengetahuan alam) sejak memasuki bangku SD. Baginya, sains memiliki ragam ilmu pengetahuan yang cukup luas dan membuatnya tertarik. Ia ingin sekali mendalami sains untuk spesifikasi dalam mengikuti olimpiade.
Kakak pertamanya terlebih dahulu terjun dalam olimpiade matematika hingga tingkat nasional. Dari situlah, Adzka semakin gemar membaca dan ingin mengukir prestasi di bidang yang berbeda. Namun, keinginan tersebut membuat dirinya dihadapkan pada pilihan yang cukup sulit.
Sang ibu belum mempunyai pengalaman dalam bidang sains untuk membimbingnya. Adzka diberikan pilihan, jika memilih sains, ia belajar dengan guru yang lebih mahir untuk mengajarkan sains setingkat olimpiade. Sementara, jika ia memilih matematika, tentunya bisa belajar langsung dengan ibunya.
Jadilah ia memilih pilihan kedua. Motivasi dari kakak lelakinya yang telah terlebih dahulu mengukir prestasi dengan meraih juara hingga tingkat internasional, membuat Adzka bekerja keras menekuni bidang yang belum pernah menjadi prioritasnya.
Sedikit demi sedikit, Adzka mulai jatuh cinta pada pelajaran yang menguras otaknya tersebut. Dengan bimbingan ibunya tersayang, Adzka berhasil mendapatkan beragam penghargaan. Ketika SD, ia pernah menjadi juara I olimpiade MIPA (OSN) tingkat Kabupaten Jember hingga Provinsi. Sedangkan di tingkat nasional, ia berhasil meraih medali perak untuk Jember.
Ketika SMP, ia pun kembali menyabet prestasi di tingkat nasional. Hanya saja, kali ini, ia baru bisa mendapatkan medali perunggu untuk bidang matematika. Kembali mengikuti OSN di tingkatan nasional, membuat Adzka hampir tidak merasa kaget. Bahkan, pada OSN yang dilakukannya awal Agustus lalu, ia merasa soal latihan yang dikerjakan ketika bersama sang ibu jauh lebih mudah dibandingkan soal yang dikerjakannya pada saat OSN berlangsung.
Ada lima soal matematika analisa yang harus dikerjakannya. Meski lebih mudah, lelaki yang tak suka menonton TV ini merasa belum mampu mengerjakan soal lebih cepat. Saat waktu sudah hampir habis, ia dengan tergesa menyelesaikan soal sekenanya.
Hal itulah yang membuat dia akhirnya hanya mendapatkan medali perunggu untuk OSN tingkat SMP tingkat nasional yang baru kali ini diikutinya.
“Kalau ikut OSN kan harus kelas VIII dan kelas IX saja. Jadi ini pertama kalinya buat aku. semoga tahun berikutnya bisa lebih baik,” ujarnya sambil membetulkan letak kacamata.
Selain itu, godaan dari teman sekamarnya selama mengikuti kegiatan OSN di Medan, Sumatera Utara, membuat konsentrasinya sedikit terpecah ketika mengikuti olimpiade.
“Aku itu jam sembilan malam sudah beranjak tidur. Tapi teman sekamarku malah mengganggu, mengajak bercanda hingga akhir aku tidur larut malam. Apalagi ac dalam kamar dingin sekali, padahal sudah dikecilkan. Pokoknya mengganggu sekali malam itu,” ujarnya polos.
Meski begitu, lelaki yang doyan membaca serial komik petualangan ini tidak menyesal dengan apa yang didapatkannya saat ini. Ia merasa masih punya banyak waktu untuk mengejar ketertinggalan.
Seakan sudah terpatok pada matematika, dirinya ingin lebih mendalami ilmu yang identik dengan perputaran angka tersebut. Meskipun begitu, Adzka tetaplah anak-anak yang doyan bermain dan melakukan hobinya. Kesukaannya pada buku membuatnya selalu memanfaatkan waktu luang dengan membaca. Kebiasaan itu yang membuat kacamata minus dua bersarang di kedua matanya.
Selain membaca, Adzka juga mengikuti latihan Pramuka untuk ekstrakurikuler di sekolahnya. Ditempatkan menjadi tim inti, bagi Adzka merupakan sebuah penghargaan yang lebih.
Meski begitu, tak jarang ia harus lebih banyak menghabiskan waktunya dalam mempersiapkan olimpiade demi olimpiade berikutnya.
“Kalau persiapan olimpiade itu kan lama. Sementara dari Provinsi Jawa Timur, kami hanya mendapatkan bimbingan selama dua kali. Jadi, kami harus mengejar target dengan memberikan bimbingan intensif,” ujar sang Ibu.
Untuk perkembangan Adzka, ibunya mengaku akan lebih mempelajari ilmu sains untuk putra keduanya itu. Dia ingin melihat kemajuan Adzka untuk dua mata pelajaran tersebut.
“Karena yang paling diminati adalah sains. saya akan mencoba sekolah untuk mendalami ilmu tersebut. Sehingga, kalaupun Adzka ingin lebih mahir dalam sains, saya bisa menemaninya,” tandasnya. (*)
Prestasi Adzka patut dicontoh, rajin belajar dan terus berprestasi! Salam http://Jendelakatatiti.wordpress.com.
Saya ingin belajar Dari sangibu yang dapat mencetak putra Dan putri yang begitu menakjubkan
Alamat Ibu hebat di mana ya?
adzka hebat! tetap berprestasi ya!!